Rabu, 03 November 2010

my memories

9 komentar:

  1. PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS










    A. PENDAHULUAN

    Di dalam era globalisai dan era transportasi yang membawa kemajuan dan perkembangan zaman, mengakibatkan perubahan-perubahan dan tantangan baik bersifat positif maupun negatif. Keberadaan pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indodesia. Di mana kompleks dan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dan di dalam kompleks itu terdiri beberapa bangunan rumah pengasuh, masjid, mushola, tempat belajar mengajar dan asrama tempat tinggal para santri, yang mana pondok pesantren adalah sebagai lembaga TAFAQQUH FIDDIN berfungsi untuk memelihara , mengembangkan, menyiarkan dan melestarikan Islam. Kemudian pondok pesantren juga keberadaannya telah menunjukkan kepada bangsa ini, dengan dikukuhkan oleh fakta sejarah bahwa perjuangan bangsa didominasikan oleh dunia pesantren.
    Demikian halnya dengan Pondok Pesantren Assalafi AL-Ikhlas Kaliboto , terdorong oleh rasa tanggung jawab sebagai lembaga pengabdian masyarakat, berusaha meningkatkan aktifitas dan serta kualitas santri sehingga memiliki sikap mental intelektual yang didasari oleh pengembangan dan penggalian ilmu almiah dalam rangka meyumbangkan konstribusi positif terhadap mekanika dan dinamika perkembangan masyarakat di tengah-tengah era modernisasi dan globalisasi.

    B. LETAK DAN GEOGRAFIS ALAM

    Di sinilah letak dan geografis alam yang mana Desa Kaliboto terletak kurang lebih 12 Km arah barat Kota Kediri tidak sulit untuk menjangkaunya karena dipandang secara geografis Desa Kaliboto berada di jalur propinsi yang menghubungkan antara Kota Kediri-Nganjuk. Posisinya pun berada di kawasan perbatasan antara dua kota ini. Yang membuat kehidupan warga desa tidaklah terpengaruh oleh polusi budaya kota, dan krisis moralitas sebagaimana kehidupan perkotaan. Suatu keadaan yang sangat mendukung dan menguntungkan, sehingga di desa ini Pondok Pesantren AL-IKHLAS mengabdikan keberadaannya untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran-ajaran Agama Islam kepada masyarakat. Keberadan Pondok Pesantren AL-IKHLAS ini tidak terlepas dari perjuangan keras sosok Kyai. Dengan jerih susah payahnya merintis dan mengembangkan pesantrennya, melalui tahap yang tidak gampang dan penuh rintangan serta kendala. Pondok Pesantren AL-IKHLAS berdiri di kala kehidupan manusia mulai kehilangan pegangan dan saat alam tertidur lelap terbaring dengan segala kerancuan dan benturan berbagai aspek kehidupan serta di tengah krisis moralitas yang menjadi-jadi seiring ulah manusia tergiur oleh indahnya taman fantasi dunia sehingga AL-Qur’an dan Sunah Rosul sebagai way of live diabaikan.

    BalasHapus
  2. C. LAHIRNYA NAMA DAN LOGO PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS

    Pondok pesantren yang didirikan HADROTUS SYEIH juga memiliki nama atau simbol-simbol sebagaimana pondok-pondok lainnya. Begitu juga Pondok Pesantren AL-IKHLAS yang dipakai sebagai nama pondok pesantren dan madrasah ini adalah inisiatif dari KH MUDHOFIR ILYAS selaku pendiri juga pengasuh pondok pesantren, yang sudah barang tentu beliau sendirilah yang mengetaui maksud dan tujuan dipilihnya AL-IKHLAS sebagaimana pondok pesantren ini. Karena secara morfologi AL-IKHLAS sebuah kata yang lazim yang tidak terlalu sulit dan terlalu sukar bagi kita untuk memahaminya dan menterjemahkan sendiri. Mungkin kalau kita pahami dan cerna tentang kata AL-IKHLAS, berarti segala sesuatu yang kita lakukan di dalam atau di luar pondok ini (belajar, mengajar, da`wah ataupun yang lainnya) harus didasari dengan kebersihan hati dan selalu diiringi dengan lillahi ta`ala, tanpa mengharapkan apapun kecuali hanya mengharap ridho-Nya.
    Adapun simbol (logo) Pondok Pesantren AL-Ikhlas adalah hasil penyeleksian dari beberapa santri angkatan pertama yang ditunjuk oleh KH MUDHOFIR ILYAS untuk merancangnya sebaik mungkin. Dari hasil gambar-gambar rancangan dan hasil musyawaroh itulah kemudian disempurnakan oleh beliau Al-Maqhfurlah Kyai Masruhin (Jampes) sehinga bentuk, warna, dan tulisannya sempurna sudah seperti yang kita lihat sekarang ini.

    BalasHapus
  3. D. HUBUNGAN AL-IKHLAS DENGAN PONDOK PESANTREN SUKOSARI

    Apabila kita ingin mengetahui secara detail berdirinya pondok pesantren AL-Ikhlas sebenarnya tidak bisa terlepas keberadaannya dengan Pondok Pesantren Sukosari (Duwu Gede) tempo dulu. Pesantren Sukosari didirikan oleh Kyai Idris, kemudian beliau mempunyai menantu KH Thoyib. Sedangkan KH Thoyib mempunyai putra bernama Kyai Ilyas. Pada saat Pesantren Sukosari diasuh Kyai Ilyas itulah KH. MUDHOFIR ILYAS dilahirkan. Jadi secara histories antara Pesantren Sukosari dan AL-Ikhlas mempunyai hubungan yang sangat erat, karena KH. MUDHOFIR ILYAS adalah pendiri Pondok Pesantren AL-Ikhlas.
    Dalam perkembangannya Pesantren Sukosari memang mengalami rotasi kepemimpinan yang mana sang anak menggantikan sang ayah. Namun beliau (KH MUDHOFIR ILYAS) tidak segera mengembangkan Pesantren Sukosari seperti yang dicita-citakan sang ayah. Beliau malah memilih menetap di Kaliboto setelah beliau menyunting seorang muslimah asal Kaliboto, yaitu (Ibu Nyai Hj. Abidah). Setelah menetap di Kaliboto, beliau membuka praktek pertabiban, yang seolah menyimpang dari cita-cita sang ayah untuk mengembangkan pesantren. Namun lain halnya yang di maksud oleh KH MUDHOFIR ILYAS, seperti yang beliau tuturkan :“Saya akan berjuang bila sudah ada modal (ekonomi sudah mapan)”. Rupa-rupanya praktek pertabiban yang beliau geluti adalah langkah awal untuk mewujudkan cita-cita sang ayah. Inilah strategi yang beliau pakai untuk mensiasati dan menyikapi kondisi lingkungan yang kala itu memang tidak ramah dan tidak bersahabat.
    Langkah selanjutnya beliau mempersatukan seluruh pemuka-pemuka agama Kaliboto untuk berjuang bersama dalam satu wadah dengan cara mendirikan Madrasah permanen, di mana semua tokoh agama Kaliboto tersebut dilibatkan. Hal ini dimaksudkan untuk menyatukan sekaligus menghindari perselisihan antara tokoh agama. Tetapi maksud baik KH MUDHOFIR ILYAS ini tidaklah mendapat tanggapan serius, bahkan ada pihak tertentu yang menentangnya, meskipun kurang mendapat dukungan, beliau tetap melangkah guna mewujudkan harapannya.
    Kendala lain yang dihadapi beliau waktu itu adanya teror dan ancaman dari berbagai pihak, yang bahkan ada yang menginginkan nyawa beliau. Hal ini erat kaitannya dengan kepiawaian beliau dalam menggagalkan operasi pencurian yang sering terjadi di Kawasan Tarokan kala itu. Kemudian beliau mencoba menarik simpati anak-anak desa dengan memutarkan televisi di rumahnya. Disela-sela keasyikan menonton televisi inilah anak-anak tersebut diajari mengaji. Hal ini ternyata cukup berhasil karena di waktu itu televisi masih merupakan barang langka. Dalam perkembangan lebih lanjut, sarana untuk menarik simpati warga setempat diwujudkan dalam bentuk pendiriaan group qosidah serta dibukanya kursus Bahasa Arab gratis. Lambat laun anak-anak yang mengaji terus bertambah, bahkan ada yang dari luar Desa Kaliboto. Karena dirasa kehadirannya tidak lagi dibutuhkan, group qosidah itu dibubarkan. Dan mulai sejak itu pesantren beliau diakui keberadaannya sebagai pondok pesantren salafiyah.

    BalasHapus
  4. D. HUBUNGAN AL-IKHLAS DENGAN PONDOK PESANTREN SUKOSARI

    Apabila kita ingin mengetahui secara detail berdirinya pondok pesantren AL-Ikhlas sebenarnya tidak bisa terlepas keberadaannya dengan Pondok Pesantren Sukosari (Duwu Gede) tempo dulu. Pesantren Sukosari didirikan oleh Kyai Idris, kemudian beliau mempunyai menantu KH Thoyib. Sedangkan KH Thoyib mempunyai putra bernama Kyai Ilyas. Pada saat Pesantren Sukosari diasuh Kyai Ilyas itulah KH. MUDHOFIR ILYAS dilahirkan. Jadi secara histories antara Pesantren Sukosari dan AL-Ikhlas mempunyai hubungan yang sangat erat, karena KH. MUDHOFIR ILYAS adalah pendiri Pondok Pesantren AL-Ikhlas.
    Dalam perkembangannya Pesantren Sukosari memang mengalami rotasi kepemimpinan yang mana sang anak menggantikan sang ayah. Namun beliau (KH MUDHOFIR ILYAS) tidak segera mengembangkan Pesantren Sukosari seperti yang dicita-citakan sang ayah. Beliau malah memilih menetap di Kaliboto setelah beliau menyunting seorang muslimah asal Kaliboto, yaitu (Ibu Nyai Hj. Abidah). Setelah menetap di Kaliboto, beliau membuka praktek pertabiban, yang seolah menyimpang dari cita-cita sang ayah untuk mengembangkan pesantren. Namun lain halnya yang di maksud oleh KH MUDHOFIR ILYAS, seperti yang beliau tuturkan :“Saya akan berjuang bila sudah ada modal (ekonomi sudah mapan)”. Rupa-rupanya praktek pertabiban yang beliau geluti adalah langkah awal untuk mewujudkan cita-cita sang ayah. Inilah strategi yang beliau pakai untuk mensiasati dan menyikapi kondisi lingkungan yang kala itu memang tidak ramah dan tidak bersahabat.
    Langkah selanjutnya beliau mempersatukan seluruh pemuka-pemuka agama Kaliboto untuk berjuang bersama dalam satu wadah dengan cara mendirikan Madrasah permanen, di mana semua tokoh agama Kaliboto tersebut dilibatkan. Hal ini dimaksudkan untuk menyatukan sekaligus menghindari perselisihan antara tokoh agama. Tetapi maksud baik KH MUDHOFIR ILYAS ini tidaklah mendapat tanggapan serius, bahkan ada pihak tertentu yang menentangnya, meskipun kurang mendapat dukungan, beliau tetap melangkah guna mewujudkan harapannya.
    Kendala lain yang dihadapi beliau waktu itu adanya teror dan ancaman dari berbagai pihak, yang bahkan ada yang menginginkan nyawa beliau. Hal ini erat kaitannya dengan kepiawaian beliau dalam menggagalkan operasi pencurian yang sering terjadi di Kawasan Tarokan kala itu. Kemudian beliau mencoba menarik simpati anak-anak desa dengan memutarkan televisi di rumahnya. Disela-sela keasyikan menonton televisi inilah anak-anak tersebut diajari mengaji. Hal ini ternyata cukup berhasil karena di waktu itu televisi masih merupakan barang langka. Dalam perkembangan lebih lanjut, sarana untuk menarik simpati warga setempat diwujudkan dalam bentuk pendiriaan group qosidah serta dibukanya kursus Bahasa Arab gratis. Lambat laun anak-anak yang mengaji terus bertambah, bahkan ada yang dari luar Desa Kaliboto. Karena dirasa kehadirannya tidak lagi dibutuhkan, group qosidah itu dibubarkan. Dan mulai sejak itu pesantren beliau diakui keberadaannya sebagai pondok pesantren salafiyah.

    BalasHapus
  5. E. AL-IKHLAS DALAM PERKEMBANGAN SELAJUTNYA

    Sekitar tahun 1981,KH MUDLOFIR ILYAS mulai mengembangkan pesantrennya, sistem madrasah mulai diterapkan dan digunakan di pesantrennya, dan AL-Ikhlas pun dalam babak baru ini serta merta mulai berbenah diri. Asrama tempat tinggal para santri yang dulunya berbaur dengan tempat tinggal pengobatan orang-orang gila (pasien KH MUDLOFIR ILYAS) mulai bisa dipisahkan dengan memperluas bangunan melebar kebelakang. Secara berangsur-angsur pula jumlah pasien orang gila dikurangi sedikit demi sedikit. Dan akhirnya tidak ada sama sekali. Hal itu dimaksudkan agar beliau lebih berkonsentrasi dalam bidang pendidikan (mengembangkan pesantrennya).
    Ketika madrasah mulai didirikan, tugas-tugas beliau mulai dibantu oleh para santri seniornya dan cara belajar pun mulai dikelompokkan dalam berbagai kelas tingkatan. Dari tahun ketahun santri yang belajar di AL-Ikhlas pun terus berdatangan / bertambah, jika dulu jumlah santri berkisar pada puluhan maka sekarang mencapai seribu santri bahkan lebih, sementara santri muqim yang belajar di AL-Ikhlas pun terus berdatangan semakin lama semakin banyak,dari Jawa maupun dari luar Pulau Jawa.
    Diantara perkembangan AL-Ikhlas sekarang telah ada SMP Al-Ikhlas, kursus computer dan kursus menjahit. Dan tanpa disadari perkembangan AL-Ikhlas semakin pesat sehingga sekarang mampu menjadi pondok pesantren Salafiyah tebesar di Kecamatan Tarokan-Grogol.

    BalasHapus
  6. E. SISITEM PENDIDIKAN
    Sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren-pesantren bertitel salafiyah secara umum nyaris tidak ada perbedaan, karena pada dasarnya para kyai pemimpin pesantren tersebut mempunyai falsafah dan persepsi yang sama. Kalaupun ada ketidaksamaan cara kyai mendidik santrinya itu bukan dari segi sistem, melainkan hanya metode yang dipakai oleh para kyai tersebut yang disesuaikan dengan kondisi pesantrennya masing-masing. Pendidikan dalam lingkungan Pondok Pesantren AL-Ikhlas antara dulu dan sekarang sistemnya memang tidak mengalami perubahan yaitu tetap menerapkan sistem pendidikan klasik, tradisionalisme atau lebih sering dikenal salafiy. Tetapi secara metode AL-Ikhlas selalu beradaptasi dengan keadaan internalnya.
    Belajar dan mengaji merupakan kegiatan pokok Pesantren AL-Ikhlas. Keduanya tercakup dalam program pendidikan terpadu yang saling terkait. Maka dalam hal ini Pondok Pesantren AL-Ikhlas sistem pelajarannya, antara lain :

    1. Sistem non madrasah

    Sistem ini merupakan mengaji kitab dengan lesehan menggunakan kitab Bahasa Arab (Kitab Kuning) dengan arti gundul (Utawi,Iki iku). Selain itu semua santri yang belum fasih membaca Al-Qur’an diwajibkan shoroghan / mengaji Al-Qur’an pada guru yang telah ditentukan, secara tartil dan benar menurut ilmu tajwid.
    Pengajian Al-quran terbagi tiga tingkatan:
    a. Tingkat Juz Amma
    b. Tingkat bin Nadzor
    c. Tingkat bil Ghoib
    Semua santri Pondok Pesantren AL-Ikhlas wajib menyelesaikan Juz Amma dan melanjutkan ke tingkat bin Nadzor, setelah itu bebas memilih ketingkat berikutnya, yaitu tingkat bil Ghoib atau mendalami pengajian kitab.

    2. Sistem Madrasah

    Pada awal berdirinya pesantren, Shoroghan dan Bandunganlah metode yang paling tepat dipakai, mengingat jumlah santri saat itu memang relatif sedikit. Namum ketika AL-Ihklas mulai mengalami perkembangan, terutama dari segi kwantitas (jumlah santri) maka metode itupun dikemas dalam formula yang lain yaitu didirikan madrasah salafiyah.
    Dengan sistem ini santri dididik di madrasah salafiyah yang terbagi atas tiga tingkatan yaitu:
    a. Tingkat Ibtidaiyah (6 tahun)
    b. Tingkat Tsanawiyah (3 tahun)
    c. Tingkat Aliyah (3 tahun)
    d. Tingkat Al A`la (Ma’had Aliy)
    Sedangkan masing-masing tingkatan tersebut dibedakan lagi menjadi dua bagian yaitu madrasah masuk siang dan madrasah masuk malam. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif kepada para santri untuk menentukan jam belajarnya.Tetapi bagaimanapun juga kedua sistem lama yang pernah dipakai dulu tetap digunakan meskipun dalam level dan skala yang berbeda.
    Sedang mengikuti pelajaran di madrasah tersebut dilaksanakan test penempatan (Plasement Test), sehingga santri bisa mengikuti pelajaran di madrasah dengan minat dan kemampuan masing-masing.
    Kurikulum ditetapkan dengan fisi muatan pelajaran Islam seratus persen yang di dalamnya mencakup pelajaran Fiqih, Ushul fiqih, Tarikh (Historis) Tafsir, Tasawuf (Falsafah) dan Balaqhoh. Dengan tetap menekankan pelajaran inti pada Nahwu (Syintak) dan Shorof (Morfologi) yang masing-masing menggunakan kitab pegangan yang disesuaikan dengan kelas tingkatan tiap-tiap santri.
    Bagi santri yang telah menamatkan tingkatan Aliyah masih disediakan kelas lagi yaitu Al A`la (Ma’had Aliy). Di kelas inilah para santri ditempa untuk dipersiapkan menjadi generasi penerus yang turut andil memberi nuansa AL-Ikhlas di masa depan. Disamping belajar dengan kurikulum yang telah ditentukan madrasah juga diadakan pelajaran Ekstra Kurikuler meliputi : Khitobah, Berjanji, MTQ, Shoroqan AL-qur’an Shoroqan kitab kuning dan pendidikan kemasyarakatan lainnya seperti berda`wah dan kursus ( menjahit, pertanian, peternakan).

    BalasHapus
  7. G. METODE PENGAJARAN

    Secara garis besar metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar di pondok pesantren AL-Ikhlas adalah sebagai berikut:
    1. Shoroqhan yaitu metode di mana santri menyodorkan sebuah kitab dihadapan Kyai / Ustadz kemudian membacanya, dan apabila mendapat kesalahan Kyai / Ustadz membetulkannya.
    2. Bandungan yaitu metode dimana sang Kyai / Ustadz membaca dan menjelaskan isi sebuah kitab, dikerumuni sejumlah santri,masing-masing santri memegang kitabnya sendiri, mencatat dan mendengarkan keterangan guru.
    3. Musyawaroh yaitu metode dimana santri membahas atau mengulas kitab yang diajarkan oleh gurunya, bersama-sama dengan teman setingkat dengan cara tanya jawab disertai dengan argumentasi yang tepat.

    H. SARANA DAN PRASARANA YANG DIMILIKI

    Mulai awal berdirinya bangunan gedung pondok pesantren AL-Ikhlas, Alhamdulillah setiap tahunnya mengalami peningkatan penambahan dan perbaikan bangaunan dengan bentuk arsitektur yang tergolong indah.
    Adapun gedung sebagai sarana santri yang memiliki pondok pesantren AL-Ikhlas antara lain:
    1. Gedung Madrasah :20 ruang
    2. Kamar Santri :34 ruang
    3. Masjid / Mushola :2 ruang
    4. Kamar Mandi / WC :6 ruang
    5. Tempat Wudlu :8 ruang
    6. Koperasi :3 ruang
    7. Kantor Pondok :3 ruang
    8. Dapur Pondok :5 ruang
    9. Ruang Menjahit :1 ruang
    10. Ruang Komputer :1 ruang

    I. PERSARATAN MASUK DI PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS

    1. Harus di antar orang tua / wali
    2. Menyerahkan identitas lengkap ( Foto copy ijazah terakhir)
    3. Mengisi formulir pendaftaran.
    4. Mengikuti test masuk yang ditentukan.
    5. Mendaftar pada waktu pelajaran sekolah:
    a. Siang jam 14.00-16.00 WIB
    b. Malam jam 18.00-20.00 WIB
    6. Membayar uang pendaftaran:
    a. Tingkat Ibtidaiyah Rp 6000,00
    b. Tingkat Tsanawiyah Rp 10.000,00
    c. Tingkat Aliyah Rp 15.000,00

    BalasHapus
  8. J. PERATURAN-PERATURAN PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS

    TATA TERTIB PONDOK

    A. HAL KEWAJIBAN

    1. Mentaati semua peraturan / tata tertib di bawah ini.
    2. Wajib menjaga nama baik pondok,baik di dalam atau di luar pondok
    3. Bagi kelas satu tsanawiyah s/d tiga aliyah untuk bagian siang wajib mengikuti jama’ah sholat ashar.Untuk bagian malam wajib mengikuti jama’ah sholat isya.Dan bagi anak mukim diwajibkan untuk jama’ah sholat lima waktu.
    4. Harus saling hormat menghormati sesama teman,kakak kelas,guru,maupun tamu.
    5. Untuk kelas tiga tsanawiyah s/d tiga aliyah diwajibkan mengikuti pengajian tafsir jalalain dan bermalam dianjurkan bermalam di pondok
    6. Diharuskan bercakap-cakap dengan bahasa yang telah di jadwalkan
    7. Diharuskan berpakaian yang menampakkan kesantrian.
    8. Diharuskan berziaroh kemaqom nduwu (Sukosari) pada setiap hari kamis sore,bagi santri putra.

    B. HAL LARANGAN

    1. Dilarang ramai pada waktu jama’ah
    2. Dilarang memakai / mengambil barang milik orang lain tanpa izin
    3. Dilarang ramai di atas jam 12 malam
    4. Dilarang berambut panjang bagi santri putra
    5. Dilarang berhubungan antara santri putra dan santri putri yang bukan mukhrimnya
    6. Dilarang melihat pertunjukan yang merusak moral
    7. Dilarang bermain alat-alat yang dilarang agama
    8. Dilarang menjalankan amalan-amalan / mengaji kitab yang belum waktunya
    9. Dilarang merusak data-data pondok

    C. HAL PERHATIAN

    1. Bagi santri yang mendapat tugas harap disiplin untuk menjalankan tugasnya masing-masing.
    2. Bagi santri yang membawa sepeda harus dimasukkan di halaman pondok dan dikunci.

    D. HAL PERINGATAN

    1. Barang siapa melanggar peraturan / tata tertib di atas akan tindak langsung oleh yang berwajib / berwenang

    Mengetahui
    Pengasuh Pondok


    HADHROTUS SYEIH



    Pasal I
    HAL KEWAJIBAN

    1. Mentaati semua peraturan madrasah.
    2. Menyediakan alat-alat sekolah yang dibutuhkan dalam kelas.
    3. Hadir di dalam kelas sebelum lonceng pertama berbunyi.
    4. Muhafadhoh sampai lonceng kedua berbunyi.
    5. Dalam keadaan tenang dan memperhatikan pelajaran ketika pelajaan di mulai.
    6. Mengikuti musyawaroh pada hari-hari yang telah ditentukan.
    7. Membiasakan berbahasa Arab dalam percakapan sehari-hari.
    8. Berseragam yang telah ditentukan oleh Madrasah. (Untuk hari Sabtu dan Ahad warna cokelat muda (pramuka). Untuk hari Senin dan Selasa warna biru muda. Untuk hari Rabu dan Kamis warna putih).
    9. Membayar syahriyah sesuai tingkatan masing-masing.
    10. Mengikuti ziaroh ke maqom Nduwu Sukosari setiap kamis sore bagi santri putra.
    11. Menjaga nama baik madrasah di dalam maupun di luar madrasah.
    12. Harus mengikuti Jama`ah `Asar bagi santri bagian siang dan Jama`ah Isa` bagi santri bagian malam
    13. Harus mengikuti Pengajian Kitab Tafsir Jalalain bagi anak kelas tiga Tsanawiyah sampai kelas tiga Aliyah dan dianjurkan untuk tidur di Pondok.


    Pasal II
    HAL LARANGAN

    1. Ramai atau membuat gaduh di dalam kelas.
    2. Muhafadhoh dengan membunyikan alat-alat seperti tepuk tangan dan lain sebagainya.
    3. Mengganggu teman yang sedang belajar di dalam maupun di luar kelas.
    4. Duduk sebelum minta izin kepada Guru yang bertugas bagi siswa-siswi yang terlambat.
    5. Membuatkan surat kepada teman yang tidak hadir.
    6. Membuat tulisan atau coretan pada lantai dan dinding kelas.
    7. Berambut panjang (gondrong) bagi santri putra.
    8. Memakai kopyah selain warna hitam pada waktu sekolah.
    9. Mengaji kitab yang belum wakunya.
    10. Merokok dan membawa makanan di dalam kelas.
    11. Dilarang menghidupkan HP di dalam proses belajar mengajar.
    12. Santri putra dilarang berhubungan dengan santri putri yang bukan muhrimnya.


    Pasal III
    HAL PERINGATAN

    1. Barang siapa melanggar tata tertib di atas akan di tindak oleh yang berwajib/berwenang.

    BalasHapus